Oleh Lailatul Fazriyah , S.Pd. Guru SMPIT Al Ibrah Gresik
COVID-19 yang merambah ke tanah air Indonesia dimulai pada 2 Maret 2020. Virus ini diketahui berasal dari daerah Wuhan Cina, tetapi sangat disayangkan karena Pemerintah Indonesia tidak segera menutup akses penerbangan langsung dari dan ke Wuhan, hanya sebatas melakukan langkah-langkah antisipasi saja. Antara lain menggunakan Health Alert Card atau Yellow Card, juga Thermal Scanner untuk mengecek suhu tubuh diatas 38,5 derajat Celsius di pintu masuk dan keluar RI. Virus covid tak kunjung reda maka pemerintah mengambil kebijakan dengan melakukan Pembatasan Sosial Berbasis Komunitas (Lokal) bukan hanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saja.
Dengan adanya pengumuman PSBB berskala besar, maka otomatis PSBB ini juga berimbas kedunia pendidikan, pada pertengahan Maret semua kegiatan belajar mengajar (KBM) beralih dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Perubahan yang mendadak ini membuat murid dan guru segera menyesuaikan diri dengan sistem baru.
Akankah KBM yang diberikan guru pada saat offline atau tatap muka dan online itu akan sama ilmunya diserap oleh siswa? Sebagian besar, bahkan 80% orang tua dan siswa mengatakan tidak. Kenapa? Karena pada saat itu sebagian besar guru tidak siap dengan sistem pengajaran secara online. Peserta didik pun mengalami hambatan fasilitas. Misalnya tidak punya handphone yang memadai, jaringan internet yang lelet dan kondisi sosial ekonomi yang beragam.
Orangtua siswa juga banyak yang menyatakan tidak siap menemani anak-anaknya. Hal ini dikarenakan banyak orangtua yang memiliki kesibukan dan background pendidikan yang berbeda beda. Belum lagi persoalan biaya yang harus dikeluarkan untuk belajar online untuk membeli kuota internet.
Anak-anak sekarang adalah generasi Z yang mana pada saat mereka lahir, gadget sudah ada di depan mata mereka. Dengan adanya pandemi dan sistem belajar online membuat generasi saat ini menjadi generasi yang banyak berinteraksi dengan gadget. Hal ini banyak membuat orang tua merasa risau, dikarenakan anak-anak mereka yang lebih banyak belajar dan bermain dengan gadget dari pada bermain dengan teman sebaya atau berinteraksi dengan yang lain.
Di sisi lain sebagian kecil anak-anak akan mengexplore terlebih dahulu tentang pengetahuan atau materi yang akan dipelajarinya melalui google. Mereka yang bisa memanfaatkan masa pandemi dengan belajar online ini akan semakin melejit kemampuan dan pengetahuan mereka.
Satu tahun lebih, virus covid belum hilang bahkan ada banyak manusia yang terpapar. Maka pembatasan kegiatan masyarakat akan diperpanjang lagi oleh pemerintah sehingga KBM akan berlangsung dengan online seperti tahun sebelumnya. Oleh karena itu mari bersama sama kita hadapi pembelajaran ini dengan sistem daring. Sebagai guru carilah inovasi – inovasi pembelajaran yang bisa mudah diterima oleh siswa, persiapkan generasi Z menjadi generasi yang unggul di masa pandemi ini, bukan menjadi generasi rebahan yang tanpa harapan dan cita-cita. Mereka tidak boleh pasrah dengan kehidupan karena masa depan bisa mereka genggam.
Salam sehat selalu untuk para pejuang.
Baca juga :
Pembelajar Online, Tanggung Jawab Siapa?