Kita patut bersyukur ketika anak kita bisa bicara, walaupun belum lancar. Sebagai orangtua memang seharusnya mengetahui tahapan perkembangan kemampuan bicara anak, sehingga ketika terlihat ada yang tidak sesuai dengan tahap usia, kita bisa segera mencari solusinya. pada usia 2.5 tahun seharusnya bahasa anak sudah bisa dipahami begitu juga artikulasi sudah bagus.
Ada beberapa hal penyebab anak tidak bisa bicara, Bisa karena pusat bicaranya yang terdapat di otak belum matang atau ada gangguan perkembangan otak yang disebut disphasia. Bisa pula karena susunan alat-alat bicaranya (seperti susunan gigi-geligi dan bentuk lidah anak) tak sesuai, sistem pendengaran terganggu, atau karena keterbelakangan mental.
Jika ternyata menurut dokter penyebabnya bukan masalah organis, maka bisa dipastikan keterlambatan perkembangan itu dikarenakan kurangnya stimulasi dari orangtua, misalnya sejak bayi tak pernah diajak bicara karena orangtua sibuk bekerja dan meninggalkan si bayi hanya dengan pengasuhnya.
Bisa pula terjadi karena ibunya pendiam. Beda dengan anak dari keluarga yang “cerewet”, biasanya perkembangan bicara si anak juga cepat lantaran orangtua banyak mengajaknya bicara, menyanyi, sering memperdengarkan musik atau lagu, dan lainnya.
Tetapi ketika kasus anak yang kedua orangtuanya bekerja atau pendiam, ia tak akan mengalami gangguan keterlambatan bicara bila mendapatkan pengasuh yang suka bicara. Tapi jika pengasuhnya ternyata pendiam juga, ya jangan berharap ia akan bisa cepat bicara.
Bila kita menengok teori neoro sains, bahwa periode perkembangan otak yang berhubungan dengan bahasa sudah dimulai sejak bayi dalam kandungan dan terus berkembang secara optimal sampai usia 7 tahun. Inilah masa keemasan perkembangan bahasa anak sehingga stimulasi bahasa penting dilakukan pada periode ini. Ketika dalam kandungan orang tua bisa memberi stimulasi dengan memperdengarkan ayat Al Quran, lebih baik lagi bila ibunya sendiri yang membaca Al Quran. Bacaan Al Quran mengandung nada yang berfungsi merangsang pembentukan sinap di otak yang bermanfaat bagi perkembangan bahasa. Ketika anak dilahirkan, stimulasi awal bisa dilakukan dengan membisikkan adzan ke telinga anak. Ini sekaligus upaya melatih anak untuk bisa menerima suara dari luar dengan baik.
Seiring bertambahnya usia dan anak mulai belajar makan, proses mengunyah dan menelan bisa melatih perkembangan bahasanya. Ketika lidah anak mendorong makanan sewaktu menelan, bisa berfungsi melatih artikulasinya, sehingga anak akan mudah mengucapkan bunyi “keh”, misalnya. Begitu pula ketika anak mengunyah makanan, secara tidak langsung akan menguatkan rongga mulutnya yang bermanfaat untuk menyiapkan kemampuan berbicara. Jenis dan tekstur makanan yang diberikan bisa mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Bagi anak yang selalu diberi makanan halus akan mengalami kendala dalam kemampuan bicaranya. Jadi sebaiknya berikan makanan sesuai tahap usia anak, maka jangan lewatkan pemberian tim saring, bukan nasi tim yang diblender. Nasi tim yang diblender tidak ada tekstur kasarnya, sehingga tidak bisa melatih anak mengunyah.
Untuk kasus yang dialami putra ibu yang bicaranya sulit dipahami, bisa disebabkan cara ibu berkomunikasi dengan anak sering menggunakan intonasi yang terlalu cepat sehingga anak kesulitan menyimak bunyi bahasa dari setiap kosakata yang ibu ucapkan. Ketika anak belajar bahasa, selalu diawali dengan tahapan menyimak agar anak bisa menirukan kembali kata yang dia dengar. Untuk itu orang tua atau pengasuh sebaiknya menggunakan intonasi pelan ketika berbicara di depan anak agar dia banyak memperoleh kosakata dan bisa mengucapkan kembali dengan benar saat dia berbicara.