Sebagai orangtua pasti akan sedih, bingung dan jengkel, jika buah hatinya suka membangkang. Nasehat orangtua seakan tidak didengar. Perintah bagai larangan dan larangan bagaikan perintah. Mungkin hal itu yang sering dikeluhkan para orangtua.
Sebelum mencari solusi untuk mengatasi anak kita yang sering membangkang, marilah kita mencari tahu penyebab anak suka membangkang, karena tanpa kita sadari kemungkinan terbesar penyebab anak suka membangkang adalah kesalahan orangtua.
Sebab – sebab penolakan atau membangkang.
- Adanya perintah yang tidak menyenangkan anak. Terjadi kejenuhan perintah dan larangan. “ayo belajar”, “ayo makan”, “ayo mandi”, atau “jangan ini” jangan itu”
- Adanya perintah yang tidak pernah selasai dan tidak jelas, akan menimbulkan kekebalan peringatan dan menyebabkan anak tidak menuruti perintah karena mengalami kejenuhan emosi.
- Anak sedang asyik, serius dan focus pada aktivitasnya yang menyenangkan. Seperti mainan, menonton.
- Anak merasa tidak puas atau ada sesuatu kebutuhan terhadap orangtua yang belum terselesaikan. Misal anak meminta sesuatu tetapi orangtua tidak ada reaksi, tidak mengiyakan atau menolaknya.
- Anak yang mencontoh apa yang dilakukan orang yang sedang membangkang.( orangtua atau teman)
- Anak ingin mendapat perhatian dari orang yang memerintahnya, seperti ingin dipeluk, disapa, dipuji.
- Orangtua kurang peka terhadap kebutuhan anak.
- Orangtua yang terlalu menekan anak, orangtua menekan anak sesuai keinginannya, menjadi anak “pinter”, rangking I”. Harus ini dan itu.
Itulah 8 faktor yang menyebabkan anak menolak / membangkang. Oleh karena itu orangtua diharuskan menghindari 8 faktor tersebut, selanjutnya apa yang harus dilakukan orangtua untuk mengatasi anak yang membangkang, yaitu :
- Introspeksi diri
- Apakah kita sebagai orangtua yang dijadikan model, karena kita suka membantah suami atau orangtua kita.
- Apakah nada bicara kita seperti bos
- Apakah kita termasuk orangtua yang kurang sabar, mudah terpancing emosi dan mudah marah (perbanyak istigfar).
- Apakah kita orangtua sudah termasuk orang yang taat kepada perintah dan larangan ALLah sehingga ucapan kita mudah didengar. (Qs 73:5)
- Orangtua masuk dalam dunia anak
- Membuka pintu emosi dengan sentuhan emosi positif misalnya dengan mendekati, memeluk, mengelus – elus kepala anak kita, mencium anak kita.
- Tanya pendapat dan alasannya kenapa dia selalu membantah.
- Hargai pendapatnya dan cari solusi terbaik
- Buat kesepakatan dan aturan bersama.
- Komunikasikan dengan suasana yang akrab.
- Jangan pelit dengan pujian jika dia melakukan hal yang baik
- Gunakan kata “tolong” di awal kalimat, dan ucapkan kata termakasih ketika sudah dilakukan.
- Membawa anak masuk dalam dunia orangtua .
- Membicarakan langsung apa yang orangtua inginkan dengan sebuah alasan apa yang dapat dipahami anak mengapa dia harus melakukan itu.
- Memberi suasana yang menyenangkan pada saat anak melakukan keinginan kita.
Waktu anak kita mau mandi, atau sholat, maka iringi dengan pujian yang menyejukkan “ Subhanallah pinter anak mama. Mama akan bilang ke ayah kalau anaknya pinter”.
- Orangtua harus bersabar menunggu jeda waktu keasyikan anak kita. Artinya perintah kita akan lebih baik disampaikan pada saat jeda waktu anak kita keluar dari keasyikannya.
- Hindari kata – kata rutinitas seperti “ ayo mandi”, “ayo Shalat”. Membuat anak kita tidak nyaman mendengarnya, orangtua harus kreatif menyatakan perintah dengan bahasa yang tidak menggunakan kalimat perintah, contoh: “ Kata Allah dengan sholat, kita akan selalu dijaga dari bencana dan duka. Yok sholat yok” *)
*Oleh: Yussy Muzdalifah, S.Psi (Guru BK SDIT)