Prestasi Santun Anakku

“Ustadzah, saya kemarin terharu sampai menangis”, kata mama Nanda. “Waktu saya sedang marah, tiba-tiba Nanda, anak saya berkata, “Ma, laa taghdhab walakal jannah. Janganlah marah-marah Ma, nanti Mama akan masuk surga Allah lho”. Lalu saya langsung istighfar, Ustadzah. Saya berkata dalam hati, “Terima kasih anakku, Mama terharu dengan cara kamu mengingatkan Mama” 

 sopan santun

Cerita di atas merupakan cerita nyata anak-anak Al Ibrah. Hampir setiap tahun, ungkapan yang sama sering didengar oleh guru-guru dari orang tua siswa. Orang tua siswa sengaja berbagi rasa bahagia dengan sang guru. Sejak sekolah di Al Ibrah, anaknya membawa pencerahan dan kebahagian tersendiri. Celotehan santunnya senantiasa mewarnai kehidupan keluarga. Anak-anak bersemangat mempraktekan secara langsung di rumah, pembelajaran bermakna yang diperoleh dari sekolah. Termasuk pembelajaran nasihat melalui hadits anak-anak. Tuhanku, alangkah bahagianya mempunyai anak yang santun.

Santun adalah budaya sekolah Al Ibrah.

Santun merupakan satu di antara karakter yang dikembangkan sebagai budaya sekolah di Al Ibrah. Santun adalah bagian program pembentukan kepribadian Islami siswa. Melalui pengenalan etika sehari-hari dan aturan sekolah, diharapkan kesantunan menjadi pembiasaan dan kesadaran yang seharusnya dilakukan anak-anak. Pembinaan secara terus-menerus dan tanpa bosan adalah bekal utama guru.

Di sekolah Al Ibrah dikembangkan program daily report (catatan harian) untuk anak-anak. Dan di rumah dikembangkan monitoring melalui buku penghubung. Sehingga budaya karakter yang dikembangkan bisa terukur tingkat keberhasilannya. Orang tua siswa bisa memantau melalui buku penghubung siswa dan laporan hasil belajar tentang kepribadian siswa.

 

Rahasia  sukses  mengajarkan kesantunan pada anak

1.Memberi Keteladanan

Anak-anak mempunyai kemampuan yang tinggi dalam meniru. Sadar atau tidak sadar, apa yang kita ucapkan, dan kita lakukan tentu akan ditiru oleh anak-anak. Unsur keteladanan (memberi contoh nyata) yang baik pada anak, merupakan pintu utama mengajarkan kesantunan. Sebagaimana Nanda dalam cerita di atas. Dia menirukan gurunya ketika menasihati temannya yang sedang marah dengan hadits anak tsb.

 

2.Manfaatkan Kepercayaan

Anak-anak PAUD dan SD berada pada usia pertumbuhan yang sangat pesat. Mereka umumnya sangat senang bergerak, berteriak, bermain,  berbicara, dan sulit diajak diam. Tetapi mereka memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada gurunya. Oleh Karena itu, ketika berdebat dengan teman-temannya, dia sering membawa nama-nama guru sebagai bentuk pembelaan, misalnya dengan mengatakan, “Kata Bu Fulanah, itu tidak boleh”. Ketika menyampaikan argumen (berdalih) ke orang tuanya, dia pun membawa-bawa dalil gurunya.

Kata kuncinya, memanfaatkan kepercayaan siswa kepada guru. Sehingga aturan kesantunan apa pun bisa dibuat oleh guru, dengan mengajak siswa untuk berunding dan menyepakatinya bersama. Di sinilah peluang guru untuk membentuk karakter santun pada anak. Misalnya, adab murid dalam bertanya. Bagaimana sebaiknya aturan main murid dalam bertanya? Apakah murid bisa langsung bertanya atau perlu mengacungkan tangan terlebih dahulu, dan meminta ijin untuk bertanya? Contohnya, dengan mengatakan, “Bu, maaf, bolehkah saya bertanya?” atau “Bu, saya mau tanya”, dll.

 

3.Pola Hafalkan dan Praktikkan

Untuk menanamkan kesantunan, contoh kalimat-kalimat santun (seperti di atas) perlu diajarkan dengan cara menghafalkan, dan dipraktekkan. Sehingga kalimat-kalimat tersebut menjadi pembiasaan dan terbiasa diucapkan. Kalimat yang dipilih adalah kalimat yang baku, karena tidak sekedar sopan santun yang ingin diajarkan, tetapi juga Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Misalnya, selama siswa belum memahami bagaimana kalimat yang baku untuk meminta izin, maka guru senantiasa mengajarkan dan mengulang-ulang satu pola kalimat meminta izin yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan usia siswa. Misalnya, anak kelas bawah (1-3), kosa katanya masih sederhana, sehingga tidak perlu mengajarkan kalimat yang panjang-panjang. Cukup yang sederhana, tetapi sudah memuat unsur kesopanan dan inti masalah yang ingin dia sampaikan.

Anak-anak yang berada di kelas atas (4-6), tetap menerapkan pola hafalkan dan praktikkan. Yaitu dengan meminta mereka menghafal dan menggunakan kalimat terpilih ketika hendak minta izin keluar kelas. Serta tetap dikoreksi apabila mereka salah atau lupa mengucapkannya. Mungkin ada anak yang sulit sekali diajari untuk berlaku santun, anak perlu dipanggil dan diajak bicara dari hati ke hati. Sebab biasanya si anak memiliki masalah.

Dengan pola menghafal, diharapkan kalimat terpilih yang memenuhi kriteria santun dapat secara spontan digunakan di mana pun, dan lama-kelamaan menjadi kebiasaan yang melekat. Pola membiasakan sebuah adab (aturan sopan santun) melalui program hafal kalimat dan praktik rutin insya Allah lebih mudah diajarkan kepada anak-anak. Oleh karena itu, apa yang diajarkan kepada mereka, haruslah perkara yang baik dan benar. Selamat berkarya dan berpahala untuk semua guru *)


*) ditulis oleh Sri Wijayati (Guru Al Ibrah)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.