Semangat Hardiknas Membentuk Generasi yang Cerdas dan Berakhlak

hari pendidikan nasional
generasi islam

Hari ini (2/5/2016) kita memperingati Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Hari Pendidikan Nasional bertepatan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak Pendidikan Nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda.  Setelah kembali ke Indonesia, ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa.

Tetapi, jauh sebelum itu di zaman Rasulullah, pendidikan (tarbiyah) sudah berkembang. Rasulullah berdakwah kepada keluarga dan para sahabat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Rasulullah adalah guru terbaik dalam kehidupan. Beliau sangat memahami murid-muridnya. Cara men’tarbiyah’ juga disesuaikan dengan karakter muridnya. Contohnya suatu hari ada muridnya yang meminta nasihat kepada beliau tentang amalan yang terbaik baginya. Rasulullah mengetahui murid tersebut mempunyai karakter pemarah, Beliau pun berkata,” laa taghdlob…laa taghdlob…laa taghdlob…” (janganlah marah…).

Sesungguhnya pendidikan yang paling utama adalah penanaman akhlak atau budi pekerti. Salah satu contoh akhlak yang ditanamkan Rasulullah adalah menjaga lisan dan barkata santun. Karena pentingnya  menjaga lisan ini Rasulullah menganjurkan apabila tidak bisa berbicara dengan baik, maka lebih baik diam.

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّه وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam. ”

Alquran mengajarkan bahwa Islam itu lengkap. Semua ilmu ada di dalamnya. Karena itu tidak heran bermuncullah ilmuwan-ilmuwan muslim, seperti Albattani ahli Trigonometri, Ibnu Sina ahli kedokteran, Muhammad Bin Musa Alkhawarizmi ahli matematika, dan ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya.

Seorang muslim harus kuat, baik badan maupun pikiran. Seorang muslim harus mampu berpikir jauh ke depan. Ibarat sebuah pohon, pohon akan tumbuh subur dan kuat, jika akarnya kuat tertanam di bumi. Akar seorang muslim adalah keimanan, yang akhirnya dapat menumbuhkan ibadah yang benar. Contohnya seorang siswa yang berprestasi bukan karena ingin dipuji orang lain. Namun, berprestasi hanya karena ingin mendapat ridla dari Allah.

Yuk, jadi pohon yang kokok yang akarnya kuat, dahannya rindang, dan buahnya banyak dan dapat bermanfaat untuk orang lain.

SELAMAT HARI PENDIDIKAN…SEMOGA MENJADI MUSLIM TERBAIK…

Wallahu a’lam bish shawab (*)

* Kholifah, S.Pd (Kurikulum SDIT Al Ibrah)