Agama Islam secara umum mengajarkan tiap individu manusia untuk saling mengisi, saling melengkapi, saling berbagi, dan saling mengasihi. Untuk kepentingan tersebut, syariat Islam salah satunya menuntun tiap individu untuk menikah dan berumah tangga. Disamping itu tuntunan tersebut juga dalam rangka menumbuh kembangkan kader umat, rasa tanggungjawab, dan ketentraman jiwa.
Namun terkadang, pernikahan yang dilandasi dengan sumpah suci dan dan ikatan yang kuat (Mitsaqon Ghalidzon) tak jarang menghadapi permasalahan dan gejolak, sehingga tidak ada ketenteraman dan kenyamanan (suasana sakinah) yang akhirnya bisa berujung pada talak dan perceraian.
Bagaimana sebenarnya Islam mengajarkan dan mengajak tiap keluarga untuk bisa kiranya menciptakan keluarga yang sakinah, keluarga yang mampu menghadirkan pundi-pundi keberkahan dari Allah, dan mampu melahirkan suasana surga, rumah surgawi: “Baiti Jannati.” Dan tentunya, untuk mencapai hal tersebut tidak mudah, perlu kesadaran, kiat, dan komitmen yang tidak ringan. Logisnya adalah, kalau orang mengharapkan hidupnya sehat, maka akan sulit dan mustahil untuk menjadi sehat, kecuali dia harus melakukan pola hidup sehat juga; dengan makan teratur, olah raga teratur, menjaga kebersihan, istirahat yang cukup dan sebagainya. Demikian pula jika seseorang ingin menggapai ketentraman dan suasana surgawi di rumah dan keluarga, maka tentunya dia juga perlu menerapkan perilaku surga (Ahli Surga), diantaranya:
1.Menghidupkan suasana taqwa di keluarga.
Taqwa disini bisa dalam bentuk memelihari diri dan segenap keluarga dari hal-hal yang negatif, yang bisa menjerumuskan kepada hal-hal yang merusak. Taqwa juga mengandung makna senantiasa merasakan kehadiran Tuhan, dan taqwa juga mengupayakan diri untuk terus kontinyu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pribadi-pribadi taqwa inilah yang dijanjikan Allah akan mendapat kehidupan surga: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam surga dan kenikmatan.” (QS. Ath Thur: 17)
2.Ada untaian doa dan syukur
Doa merupakan permohonan langsung kepada Allah untuk mendapat suatu kebaikan dan kemaslahatan, atau terhindar dari kemudaratan dan hal-hal yang tidak diharapkan. Begitu kuatnya sebuah doa, sehingga dalam penjelasan hadits disebutkan, “Tidak ada yang mampu mencegah takdir selain sebuah doa, dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali sebuah kebaikan.” Sementara syukur adalah ungkapan rasa terima kasih yang dalam ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia, baik dari yang kecil maupun yang besar. “Ada 4 hal yang barangsiapa diberi empat hal tersebut, maka ia benar-benar diberi kebaikan dunia akherat, yaitu: lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur, badan yang selalu sabar, dan istri yang beriman serta shalehah.” (Kitab Tanbihul Ghafilin bab Syukur hal: 213)
Tasbih dan syukur adalah ibadahnya makhluk di alam ini, ibadahnya para malaikat, ibadahnya para nabi, dan juga ibadahnya ahli surga: “Doa mereka di dalam surga,”Subhanakallahumma”, dan tahiyat penghormatan mereka ialah “salam”, dan penutup doa mereka ialah ”Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.” (Yunus: 10)
3.Menghindari perilaku dusta
Dusta salah satu prilaku keji, menutup kebenaran dan membuka lebar-lebar pintu kebathilan. Menyitir ungkapan cendikiawan adab Arab dari Persia Ibnu Muqoffa’: “Ra’su adz-dzunub al-kadzibu, pokok segala dosa adalah dusta.” Seseorang jika berdusta, akan melahirkan berlipat dusta yang lain untuk menutupi dusta pertama. Maka dalam keluarga senantiasa dibudayakan perkataan jujur sekecil dan sepahit apapun. Kejujuran itulah prilaku penghuni surga: ”Mereka di dalamnya tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan dusta.” (An-Naba’: 35)
Sungguh, laknat Allah akan ditimpakan kepada para pendusta (QS. Ali Imran: 61)
4.Teguh dan istiqomah
Keteguhan rabbani dan senantiasa istiqomah dalam kebenaran ilahi akan dihilangkan segala kekhawatiran dan kegundahan dalam hidup, dan dijamin kehidupan surga (lihat QS. Al Ahqaf: 13-14). Bahkan keteguhan dan istiqomah itu akan mendatangkan rejeki Allah yang melimpah (Lihat QS. Al-Jin: 16)
5.Ada mujahadah dan sabar
Mujahadah adalah usaha keras, ikhtiar yang tiada putus, melakukan dan jihad untuk kebutuhan dan kebaikan diri sendiri, keluarga, agama, masyarakat, bangsa, dan negara. Mujahadah erat maknanya dengan perjuangan dan pengorbanan, mau berjuang dan rela berkorban, dan juga dalam kesabaran atas segala apa yang dihadapi, dirasakan dan ditimpakan terhadap dirinya. Sungguh jika demikian, akan dillimpahkan kepadanya kehidupan surga. (Lihat QS. Ali Imron: 142)
6.Terangi rumah dengan lantunan ayat-ayat Qur’an
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Baihaqi menyebutkan,”Terangilah rumahmu dengan shalat (nafilah) dan bacaan qur’an.” Sementara dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, melainkan diturunkan ke atas mereka sakinah, rahmat menyirami mereka, para malaikat mengerumuni mereka, dan Allah Swt. menyebut-nyebut mereka di kalangan (malaikat) yang ada disisinya.” (Hr. Muslim dan Abu Dawud) *)
*) ditulis oleh Muh. Musyafak (Kepala Sekolah SDIT Al Ibrah)