Kenangan Terakhir Bersama “Puput” Santriwati Boarding SMPIT Al Ibrah
Hari Sabtu, 18 Februari 2017 06.30 WIB. “Urfi…Naurah… Nuhaa… Puput… mari kita bersihkan kamar bersama-sama” ajakku. “Hari ini ada PPDB dan di aula ada acara….”teriakan kecil kayak emak emak yang ngabsen anak-anaknya agar segera menyelesaikan pekerjaan rumah. “Ayo Urfi, Naurah, Nuhaa, Puput…” ulangku kedua kalinya hingga ada suara Rara menyadarkanku bahwa nama terakhir yang aku panggil sudah tak bersama lagi di tenggah-tenggah kami. Puput… Aku pun sadar hari itu adalah hari ketiga kami semua ditinggal Puput menghadap Sang Kholiq.
Aku berusaha menghilangkan nama itu dalam sebutanku. Tapi entah mengapa, hari ketiga berikutnya … Jam menunjukkan pukul 03.30 WIB ketika satu persatu anggota kamar 11 aku panggil untuk mengingatkan mereka agar segera berangkat ke masjid melaksanakan shalat lail.
“Aisyi… Husna… Khansa… Nabila… Naura… Rara… Izzah… Puput… Urfi… Sasa…. Fathin… Nuha…” aku memanggil nama satu persatu dari mereka. Tanpa sadar Aku masih memanggilnya di hari ke enam ini. Kali ini suara Urfi menyadarkanku bahwa nama itu sudah tak bersama lagi di tenggah-tenggah kami. Puput.
Waktu itu aku ingat betul kejadian yang kami alami di asrama Boarding Banat SMPIT Al Ibrah.
Rabu, 08 Februari 2017, 20.35 WIB sepulang dari kajian di Masjid Baitul Qur’an SMP IT AL IBRAH GRESIK Ananda Puput mengeluh pusing ke aku. Aku pun bertanya kepadanya “Tadi Puput uda makan malam?” “Sudah.” Jawabnya yang saat itu suhu badannya masih normal. Aku pun memintanya untuk istirahat, minum madu dan tidak tidur terlalu malam.
Esok harinya, aku tanyakan kembali kondisinya. katanya masih pusing dan badanya mulai hangat. Aku sampaikan ke teman halaqahnya untuk izin tidak mengikuti halaqah dan istirahat di kamar. Tidak mengikuti pelajaran di sekolah. Sarapan, minum sanmol (obat penurun panas), banyak minum air dan madu. Tak lupa juga aku sampaikan ke sekolah perihal perizinan tidak masuk sekolah. Sepanjang hari aku pantau terus kondisi Puput. Siang dan malam ia masih mau makan, meskipun sedikit.
Pagi-siang, badannya masih hangat, aku coba belikan bubur karena mengeluh susah untuk menelan.
Sepulang dari sekolah aku pun memeriksa kembali seperti seorang emak kepada anaknya. Badannya lebih panas dari sebelumnya. Puput mengeluh mual dan muntah, juga susah untuk menelan.
Jumat, 10 Februari 2017, setelah shalat ashar aku bawanya ke klinik Satelit yang berada di Jalan Kalimantan GKB. Sore itu Puput mengeluh pusingnya lebih dari biasanya, dia tidur di pangkuanku sambil menangis. Setelah menunggu antrian yg cukup lama akhirnya dokter memanggil untuk masuk. Aku juga ikut masuk. Dokter langsung memeriksa tensi darah, perut, mata, lidah dan tenggorokan. Dokter menanyakan sudah berapa hari panas, Aku dan Puput menjawab bersamaan “dari kemarin dok”. “Oo… hari kedua, ya.” jawab dokter.
Aku langsung menanyakan penyebab sakitnya Puput, “kenapa panas, kenapa mual dan muntah, kenapa pusing?” semuanya sku tanyakan. Dokter menjawab “Sakit radang tenggorokan. Apa sebelumnya pernah sakit ini?” tanya dokter. “iya.” Jawab Puput perlahan.
“Dok, apa tidak sebaiknya dicek lab?” tanyaku.
“Sementara saya kasih resep ini dulu (sambil menuliskan resep), ini diminum, klo besok lusa panasnya masi tinggi dan belum ada perubahan dibawa kesini lagi.” kata dokter itu.
Mama Puput juga Aku beri kabar perihal sakit ini via whatsapp, dan kami selalu komunikasi.
Keesokan harinya, Sabtu, 11 Februari 2017, aku sampaikan ke Mama Puput untuk dijemput agar dibawa pulang karena panasnya belum turun. Karena pagi itu Puput menangis minta pulang. Ia tidak mau makan dan tidak mau minum obat. Aku mencoba menyuapinya bubur agar mau makan sebelum minum obat. “Alhamdulillah…” setelah itu Puput bisa tenang dan istirahat.
Tidak lama kemudian Omnya pun datang menjemput dan membawanya pulang ke Lamongan. Puput sudah bersama keluarganya.
Walaupun demikian, aku tetap berkomunikasi dengan mamanya untuk menanyakan kondisi Puput. Aku mendapatkan kabar bahwa Puput harus opname di rumah sakit karena trombositnya turun drastis. Sakit demam berdarah…
Hari Senin, 13 Februari 2017, kami (aku, ustadzah Ifadah dan Ustadzah Syarifah menjenguknya ke RS. Nashrul Ummah, Lamongan. Kami masih bisa mendengar suara Puput dan ‘ngobrol’ dengannya ,Mama dan Uti Puput. Kondisi Puput saat itu masih dengan infus di tangan. “Sudah lumayan membaik, panasnya juga turun.” kata mamanya
Rabu, 15 Februari 2017,k ami mendapat kabar bahwa kondisi Puput menurun dan harus di pindah ke ruang ICCU untuk penanganan yang lebih intensif. Puput harus di transfusi darah karena trombositnya di bawah.
Pagi, Kondisi Puput tidak berangsur membaik, justru sebaliknya ditemukan virus DB di jantungnya, dan ada cairan di paru-paru. Akhirnya Puput pun dipindahkan ke RS. Muhammadiyah Lamongan.
Ashar., saat kami semua sedang berada di sekolah, sebuah berita bahwa Puput sudah kembali ke Rahmat Allah. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…”. Terasa badan lemas lunglai mendengar berita itu. Terasa kaki tak mampu lagi menopang tubuh ini. Air mata tak bisa dibendung. Seakan mata air yang deras terjun dari ketinggian.
“Semoga Allah menerima amal kebaikanmu dan menempatkanmu di sisiNya yang mulia, Puput..” doaku tak henti-hentinya
Kisah ini aku tulis saat hari keenam sejak Puput dipanggil menghadap-Nya, dan entah sampai kapan nama itu berhenti aku sebut di kamar 11 ini. Rasanya baru kemarin malam kita sepakat akan saling muraja’ah hafalan dari juz 1 sembari duduk di teras depan asrama dan bincang-bincang ingin melanjutkan ke SMA hingga kuliah, bahkan Aku masih ingat dengan jelas kalimat ini “ustadzah, Aku ingin kuliah sampe’ luar negeri kayak ustadzah, gimana caranya ustadzah?”. “Kamu harus yakin dan kamu pasti bisa. Apalagi hafalanmu bagus,tambah banyak hafalan segalanya akan dipermudah oleh Allah. Enggak cuma di dunia, tapi di akhirat juga. Kelak kamu juga bisa mamakaiakan mahkota dan jubah kehormatan untuk orang tuamu ” jawabku memotivasinya yang jelas sekali nampak sikap optimis di wajahnya.
Allah telah menentukan semuanya. Rizki, jodoh dan usia, sudah Allah tuliskan untuk hambanya sejak zaman azali. Tidak ada satu pun makhluk yang bisa merubah ketentuan itu. Hampir 2 tahun Aku mengenalmu. Tugasmu didunia telah selasai Puput. Tinggal Kami di sini yang menunggu giliran. Sesuatu yang pasti dan sudah ditetapkan oleh Sang Maha Kuasa.
Setelah selang beberapa hari dari kepergian Puput, mamanya pun mengirim pesan kepada kami melalui whatsapp. Yang bunyinya,”Assalamu’alaikum…Ustadzah…. Saya mama puput sangat berterimakasih atas bimbingan, kasih sayang dan dukungan Ustadzah-ustadzah sekalian. Puput sudah berjuang sejak di kandungan dimana dokter waktu itu meminta saya menggugurkan puput. Tp saya menolak. Setelah lahir pun puput berjuang mendampingi saya. Mulai kehilangan adik dan ayahnya…. Ini yg terbaik menurut Allah….In syaa Allah, saya ikhlas. Cita2 puput selepas SMA ingin melanjutkan ke Turki. Sekali lagi terimakasih buat para Ustadz dan Ustadzah SMPIT Al Ibrah. Dan mohon maaf jika Puput punya salah. Demikian pula dgn saya….Wassalamualaikum wr.wb.”
Demikian pesan singkat mama Puput kepada kami.
Maafkan ustadzahmu yang penuh dengan kekurangan ini Puput. Aku berdo’a semoga kelak kita dipertemukan di surga. Maafkan aku..!
Ditulis oleh : Umi Nadziroh ( Musyrifah Kamar 11 Boarding SMP IT AL IBRAH GRESIK) pada hari Selasa, 21 Februari 2017