Sebagian orang menganggap “menulis” itu tidaklah mudah. Sementara bagi sebagian orang yang sudah terbiasa corat-coret mengeksplor pikiran dan rasa, justru menulis sangat mudah, meski tidak seperti pepatah “semudah membalik tagan”.
“Menulis itu sebenarnya proses bicara yang dituangkan dalam wujud tulisan. Jika seseorang bisa bicara, tentunya tidak sulit untuk menuangkan dalam tulisan.” Begitu sepenggal kalimat yang tersimpan di memori otak saya saat mengikuti pelatihan literasi di Meeting Room Yayasan Al Ibrah Gresik.
Meski beribu pertanyaan yang membebani pikiran saya, seperti memulainya untuk menuangkan dalam tulisan itu bagaimana? Dari sisi mana baiknya kalimat itu kita mulai? Sampai bagaimana agar tulisan itu enak dinikmati oleh pembaca seperti halnya menyajikan masakan bagi penggemar kuliner.
Namun, setelah mendengarkan rangkaian demi rangkaian paparan pak Suhartoko, pegiat literasi yang sengaja dihadirkan oleh pihak Yayasan untuk berbagi dengan para guru, akhirnya sedikit demi sedikit akhirnya “phobia menulis” pun sedikit berkurang.
Pelatihan yang dihadiri oleh para Humas sekolah dan beberapa guru Bahasa Indonesia itu terasa hidup , mengalir dan tak ada kebekuan, manakala dikemas dalam bentuk interaktif.
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dari para peserta. Sementara di sela-sela pelatihan juga sesekali membuka website para penulis-penulis handal. Tulisan-tulisan mereka yang sangat sangat inspiratif yang pada akhirnya akan memotivasi kami dalam menulis.
Menariknya, Pak Suhartoko juga mengisahkan pengalaman pribadinya saat kuliah di UNESA Fakultas Sastra Bahasa Indonesia. “Entah kenapa, waktu itu sampai lulus saya belum ada karya tulis satu pun. Justru muncul beberapa tulisan itu saat sudah menginjak “kesenioran” (baca : tua)” jelasnya, dengan gaya bahasa (menurut saya ) untuk menyemangati kami yang hadir.
Ada satu hal yang menarik dari pertemuan itu, Pak Suhartoko mampu menumbuhkan komitmen para peserta untuk “menelorkan” sebuah buku yang akan diterbitkan enam bulan kedepan, meski dengan “kroyokan’.
“Semoga pertemuan ini bisa menjadi jariyah kita dalam bentuk tulisan. ” Begitu doa dan harapan saya di akhir penutupan pelatihan selama 3 jam itu . Ternyata “ndilalah” kata “jariyah” menjadi inspirasi dalam judul penerbitan buku mendatang.
Semoga kami bisa mengikuti jejak-jejak para penulis handal, dan lewat tulisan kami bisa berkontribusi kebaikan dan memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Janan Raj (22 Juli 2019)
Foto Kegiatan :