Gerhana Sebagai Salah Satu Tanda Kebesaran Allah

gerhana matahari
ilustrasi : gerhana matahari

Besok, Rabu (9/3/16) akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT). Masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia beragam cara menyambut kedatangan GMT untuk yang pertama kali di abad ke-21 ini.

GMT merupakan fenomena alam. Definisi gerhana (khusufu asy-syams) adalah hilangnya cahaya matahari sebagian atau total pada waktu siang. Adapun gerhana bulan (khusufu al-qamar) adalah hilangnya cahaya bulan sebagian atau total pada waktu malam.

Peredaran dan silih bergantinya matahari maupun bulan yang sangat teratur merupakan ketetapan aturan Allah.

Berikut antara lain ayat-ayat Alquran dan hadits tentang bulan dan matahari.

Dalam Alquran surat Ar-Rahman ayat 5, Allah berfirman;

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ

“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.”

Sedangkan Rasulullah Salallahu ‘Alaiwasalam bersabda; “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) di antara ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang.

Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoalah kepada Allah dan salatlah hingga tersingkap kembali.” (HR. Al-Bukhari No. 1043, dan Muslim No. 915)

Rasulullah mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan. Yaitu ada tujuh hal (sebagaimana dalam hadits-hadits tentang gerhana), salat gerhana, berdoa, beristighfar, bertakbir, berdzikir, bershadaqah, dan memerdekakan budak.

Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan menunjukkan akan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan penciptanya. Karena itu, Allah SWT membantah fenomena penyembahan terhadap matahari dan bulan.

Allah berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.” (Fushshilat: 37)

Syariat Islam yang diturunkan Allah SWT ini memberikan bimbingan dan pencerahan terhadap akal-akal manusia yang sempit dan terbatas. Membuktikan bahwa akal para filosof, rohaniawan, paranormal dan lain-lain adalah akal yang keliru dan sesat. Kebenaran dan hidayah hanya ada pada syariat yang dibawa para nabi dan Rasulullah SAW.

Hadis Rasulullah di atas menunjukkan bahwa gerhana bukanlah sekadar fenomena alam biasa. Gerhana merupakan fenomena alam yang memang Allah kehendaki sebagai salah satu ayat (tanda) kebesaran-Nya. Hadis di atas memberikan pelajaran dan tuntunan kepada kaum mukminin terkait gerhana sebagai berikut:

Sebab, gerhana adalah Allah menjadikannya sebagai peringatan agar hamba-hamba-Nya takut kepada-Nya. Maka tatkala terjadi gerhana hendaklah umat manusia segera ingat kepada Allah SWT dan segera menyadari bahwa Allah sedang mengingatkan kelalaian mereka dengan ancaman adzab-Nya.

Dari sini, jelaslah bagi kita kesalahan kebanyakan kebanyakan orang yang justru menjadikan fenomena gerhana tersebut sebagai hiburan bagi mereka. Ketika ada informasi bahwa gerhana akan terjadi pada hari tertentu pada jam tertentu, maka mereka bersiap dengan kamera dan teropong masing-masing, mencari tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa ‘indah’ itu (raj)*

 

Baca juga : Khutbah Shalat Gerhana , khutbah kedua shalat gerhana

*sumber :mozaik.inilah.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.