Sering kali kita dikejutkan dengan berita kejahatan seksual pada anak. Kejahatan ini massif disiarkan media massa baik cetak atau elektronik termasuk media online. Belum lagi satu kasus kejahatan seksual terselesaikan kasus yang serupa juga hadir membuat kegelisahan dan kegundahan orang tua. Bagi orang tua yang memiliki buah hati dalam usia anak-anak bahkan remaja harus waspada atas keselamatan anaknya tersebut.
Pasalnya, negara kita saat ini sudah masuk pada status darurat kekerasan pada anak sebagaimana yang dikemukakan oleh pemerhati anak. Mereka mengemukakan bahwa sebanyak 90 persen pelaku kekerasan dan pelecehan seksual pada anak adalah orang dekat atau minimal kenal dengan korban atau keluarganya. Pelaku kejahatan seksual pada anak tersebut sering disebut dengan predator anak atau pedofil.
Akibat perbuatannya menimbulkan masalah besar bagi kehidupan anak dan masa depannya. Kerugian yang dialami anak tidak hanya menyangkut masalah fisik saja namun juga berhubungan dengan psikisnya. Bahaya psikis justru lebih dahsyat lagi dan memberi luka batin yang sangat dalam bagi anak. Bahkan tak jarang kita mendengar bahwa korban predator anak justru akan melakukan hal yang sama ketika dirinya sudah dewasa sebagai traumatik yang berkepanjangan.
Berbeda dengan predator dari kalangan binatang yang kelihatan buas dan menakutkan, predator anak justru berpenampilan baik dan memikat hati bagi korban yang akan dimangsanya. Mereka berpenampilan bak ayah yang melindungi anaknya atau seperti sahabat yang siap sedia dalam berbagi bahagia atau menyelesaikan masalah. Berbagai taktik dan strategi jitu dilakukannya sehingga korban tidak merasa dirinya menjadi sasaran tembak. Bujuk rayu, memberikan perhatian, membantu dalam kesulitan, merasa begitu akrab dan memasuki dunia anak-anak merupakan cara ampuh dalam memangsa korbannya. Begitu akrabnya predator anak dengan korbannya, hingga menyebabkan korban percaya dan menyerah pada orang bejat tersebut.
Makanya kejahatan seksual pada anak sering dilakukan oleh orang-orang terdekat dari anak atau orang yang baru dikenal dan bergaul dengan korban secara akrab. Dengan alasan kedekatan itu predator anak dengan mudah dan leluasa melancarkan aksi buasnya pada anak yang tak berdosa.
Predator anak bisa juga dikenal sebagai seorang pedofil sebagaimana yang marak diberitakan belakangan ini. Pedofilia adalah suatu parafilia (deviasi seksual atau gangguan psikoseksual). Yakni orang dewasa yang memperoleh kepuasan seksual bersama atau dengan seorang anak pra-remaja baik berupa heteroseks atau homoseks. Mereka justru memilih anak-anak sebagai tumpahan nafsu seksual yang selalu membara.
Na’uudzubillaah…Penyimpangan seks semacam ini sangat liar dan agresif dalam menjalani pengembaraan nafsu seksnya. Itu sebabnya korban pedofilia ini tidak satu atau dua orang akan tetapi sampai puluhan orang. Petualangan seks buasnya baru bisa berhenti ketika kejahatannya terbongkar dan dirinya masuk jeruji besi untuk mempertanggungjawabkan kejahatannya selama ini.
Sebagai orang tua, Kita harus selalu waspada dan hati-hati sekali dari siapa saja yang bermain atau orang yang berada di sekitar anak kita termasuk keluarga dekat sendiri. Orang tua harus dapat memastikan pergaulan dan lingkungan bermain anaknya. Sebab tidak jarang korban kejahatan predator justru terjadi di lingkungan bermain anak-anak kita. Suatu hal yang harus juga dimiliki oleh orang tua dalam mengantisipasi terjadi kejahatan seksual pada anak adalah pengenalan terhadap berbagai ragam kejahatan seksual.
Orang tua harus mengenali karakteristik dan prilaku seorang predator.
Dalam bukunya, Protecting Your Children from Sexual Predators, psikolog Dr. Leigh M. Baker dari Maryland, Amerika, menyebutkan beberapa karakteristik ’predator’ seksual pemangsa anak-anak.
- Orang yang pintar bicara dan manipulatif. Kemampuan bicaranya sekalipun dibalut dengan kebohongan menyebabkan mangsanya mudah terjerat. Apalagi korban itu mayoritas dari kalangan anak-anak yang kekritisannya sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
- Mengaku berstatus sudah menikah atau sedang menjalin hubungan dengan seseorang. Hal ini dikemukakannya sebagai taktik untuk mengelabui korbannya bahwa dirinya adalah orang baik yang telah berkeluarga. Dirinya siap membantu anak sebagai orang tua yang menyayangi dan melindungi anak-anak.
- Kelihatan sopan, baik, dan ramah. Bahkan seringkali terkesan terlalu baik sehingga dirinya seperti orang yang sangat dibutuhkan. Seorang predator sangat pandai beradaptasi dengan anak-anak sehingga dirinya disenangi karena kesopanan dan keramahannya.
- Senang membantu orang lain bahkan sering kali seperti memaksa agar diperbolehkan membantu. Sikap ini dilakukannya untuk menarik simpati dan perhatian anak pada dirinya.Apabila seorang predator telah menanamkan kebaikan pada anak dan itu sangat berkesan bagi dirinya maka tentu anak tersebut akan mudah dibujuk rayu agar membiarkan dirinya untuk “diperkosa” oleh si predator.
- Senang memasuki dunia anak dan mempunyai koleksi beragam permainan seperti boneka dan mobil-mobilan. Cara ini sering kali digunakan sebagai umpan untuk memancing anak untuk mendekatinya. Dengan memberikan permainan atau sejumlah uang menyebabkan anak mudah ditaklukkannya. (sumber : dakwatuna)