Pahlawan yang Suka Marah

Cooking Class
Kebersamaan  Siswa SDIT Al Ibrah

Tahukah anda mengenai sindrom asperger? Anak-anak dengan sindrom Asperger umumnya memiliki kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan sering canggung dalam situasi sosial. Mereka umumnya tidak dapat berteman dengan mudah. Mereka mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan percakapan.
Menurut Tony Attwoods dan juga Christopher Gillberg, pada dasarnya anak Asperger mempunyai “ketidak-mampuan” untuk membaca gerak-gerik atau pun mimik orang lain, dalam hal ini lawan bicaranya. Mereka juga tidak mampu untuk menangkap “maksud” dari suatu kata-kata yang diucapkan orang. Ketidak-mampuan anak Asperger dalam membaca emosi dan mengerti pikiran orang lain inilah yang mengakibatkan anak Asperger kelihatannya tidak mempunyai empati pada orang lain.
On the other hand, he has a very high intelligence level. Mereka umumnya punya kecerdasan yang luar biasa, banyak anak dengan sindrom Asperger adalah sangat berbakat atau terampil dalam bidang tertentu, seperti musik atau matematika.

Pahlawan itu adalah Ahsin seorang anak asperger yang semaunya sendiri dan suka marah-marah kalau lagi bad mood. Suatu ketika saat ada acara mabit (menginap) di sekolah ada satu temannya yang membawa handphone padahal tidak diperkenankan untuk membawanya saat kegiatan tersebut. Singkat cerita si Ahsin mengetahui hal itu dan menyampaikannya kepada salah seorang panitia, sontak anak pembawa handphone pun tegang dan marah kepadanya. Si Ahsin yang berbeda dengan teman lainnya pun meledak-ledak marah karena merasa apa yang diperbuatnya sudah benar, baginya apa yang disampaikannya merupakan kejanggalan yang tidak sesuai dengan aturan. kelas pun gaduh dan beberapa siswa mencekalnya untuk menahan amukannya, kebanyakan dari mereka pun mengolok, mengejek dan mencemooh si Ahsin karena kebiasaannya marah-marah, tanpa perlu mengetahui masalahnya. Aku pun datang untuk menenangkan kelas dan menyuruh untuk melepaskannya. Si Ahsin biar sama saya!, ujarku. mereka pun melepasnya dan dia pun menangis marah sambil mengatakan “Aku ndak mau sama ustadz!” dia pun lari mengamuk dan menendang semua yang ada, bangku-kursi ia robohkan semua, buku-buku ia lempar semua kelas jadi kacau berantakan, ia luapkan kemarannya dan tidak ada yang mampu mencegahnya.

Suasana pun berganti tenang saat ia merasa lelah, akupun berusaha menenangkannya dan memahami permasalahannya, hingga mendamaikan keduanya. Tapi si Ahsin bukanlah anak biasa dia susah untuk berubah pikiran dan perasaannya ia tetap tidak mau menerima permintaan maaf seorang kawan yang berbuat salah kepadanya. Sampai pada akhirnya aku meminta siswa pembawa handphone tadi untuk menyerahkan handphone nya, setelah kucek isinya ternyata kutemukan sebuah MMS yang berisi foto kiriman dari seorang siswi yang juga menjadi peserta pada kegiatan tersebut, mereka sering berinteraksi di luar sekolah bahkan bertukar foto. Masalah pun bertambah ternyata mereka berdua adalah yang sering diperbincangkan oleh para wali murid terkait hubungannya yang dianggap sudah melampaui batas. Kucoba mendalaminya dan berusaha menyelesaikannya bersama teman guru, pihak kantor dan juga pihak orangtua dari siswa yang terlibat. Alhamdulillah masalah pun bisa terselesaikan. Aku merasa beruntung karena si Hasin anak asperger, dia adalah pahlawan kecil yang lugu, jujur dan patut dibanggakan. Aku sampaikan hal ini kepada teman-teman lainnya untuk bisa memahami keadaannya, mengapresiasi kepahlawanannya dan meneladani kebaikannya sebagaimana makna yang terkandung dalam namanya “Ahsin!” Berbuat baiklah!.

Semoga sedikit kisah di atas dapat menginspirasi kita semua, bukan hanya guru dan orangtua untuk lebih memahami kondisi anak-anak kita generasi bangsa Indonesia. *


*ditulis oleh  Moh. Qoimussadad (Guru SDIT Al Ibrah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.