Tidak sedikit satuan pendidikan umum yang mengusung konsep keagamaan. Rata-rata, model yang diterapkan adalah memadukan nilai-nilai agama sebagai bagian integral dari pendidikan. Namun penerapan nilai keagamaan di SD Islam Terpadu Al Ibrah Gresik terbilang unik dan berbeda. Pihak pengelola sampai menjaga kualitas ibadah semua guru melalui kegiatan murobbi secara berkala, mingguan dan bulanan.
Dituturkan oleh Kholifah, S.Pd, Koordinator bidang Kurikulum, kegiatan murobbi digelar sebagai ajang berkumpulnya pada guru SDIT Al Ibrah. Namun agenda pertemuan tidak ada sangkut paut dengan teknis pembelajaran. Kegiatan ini secara khusus untuk saling mengontrol sekaligus menguatkan kualitas ibadah yang sudah dijalankan oleh para guru. Murobbi sendiri digelar berkala setiap akhir pekan dan juga bulanan.
“Setiap guru, ibaratnya, melaporkan kegiatan ibadah yang sudah dilakukan selama seminggu. Baik ibadah wajib maupun sunah, seperti Tahajudnya, puasanya, hingga mengajinya. Dari sini setiap guru bisa saling mengontrol sekaligus mengingatkan guru yang lain agar tidak menurunkan kualitas ibadah,” jelas Kholifah.
Tradisi ini, lanjut Kholifah, harus dilakukan sebab akan menjadi panutan bagi anak didik. Terlebih saat guru hendak mengajarkan nilai-nilai keislaman pada anak. “Orang luar mungkin melihat ini sebagai paksaan beribadah. Tapi bagi kami hal ini memang penting dan harus. Sebagai satuan pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai agama, maka semua guru terlebih dulu sudah mengintegrasikan nilai itu dalam kehidupannya,” terangnya.
Bahkan pada agenda murobbi bulanan, seperti dituturkan Janan SPd selaku Tim Pelaksana Harian Yayasan bidang Humas, pihak sekolah menghadirkan kalangan dari luar. Gunanya untuk memberi pandangan, ceramah, pencerahan, sekaligus memotivasi guru untuk terus beribadah. Selain dari kalangan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), pihak yang diundang juga para praktisi atau sosok sukses yang tetap menjaga kualitas ibadahnya.
“Kami merasa bahwa menjaga kualitas ibadah itu butuh sedikit paksaan sekaligus motivasi, meski kami ini sudah dewasa dan guru. Sebab itu memang penting bagi anak didik. Tidak sedikit orang yang ingin bergabung di JSIT, namun saat tahu ada syarat seperti ini (kontrol kualitas ibadah –red), mereka memilih mundur,” tegas Janan.
Hasil murobbi para guru ini memang membawa dampak positif bagi anak didik. Dituturkan Janan, guru menjadi lebih percaya diri saat mengajak anak beribadah sekaligus menanamkan nilai agama. Anak didik pun lebih mantap beribadah sebab mendapat panutan dan keteladanan. Imbas lanjutannya, secara psikologis, anak turut membawa suasana beribadah yang kondusif bagi orang tua di rumah.
“Banyak orangtua siswa yang mengaku sendiri kalau di rumah kerap diingatkan sekaligus diajak anaknya untuk ibadah. Sebab itu yang kami ajarkan di sekolah dan dicontohkan langsung oleh guru,” urai Janan.
Selain dalam hal ibadah, penerapan nilai keislaman di SDIT Al Ibrah juga dibiasakan dalam kegiatan keseharian. Semisal doa, salat berjamaah, dan juga mengaji. Dijelaskan Kholifah, khusus untuk mengaji, anak didik sekolah ini ditarget bisa membaca dengan benar sekaligus menghafal ayat Alquran secara bertahap. Untuk kelas 1 sampai 3 didorong menguasai Juz 30. Sedang kelas 4 hingga 6 mampu menuntaskan Juz 29.
“Ini ditopang dengan penerapan fullday hingga jam 15.30 WIB. Jadi anak didik ada waktu untuk kegiatan mengaji secara intensif. Pengajarnya juga khusus, ada tim tahsin (kualitas baca Al Quran) dan tahfidz (menghafal Al Quran)disamping tetap dibantu oleh guru kelas masing-masing,” pungkas Kholifah. *)
*) Oleh Mas Bukhin, KORAN PENDIDIKAN