ilustrasi dari sumber setipe.com

Tips Menghindari Rasa Takut yang Berlebihan

takut
ilustrasi : sumber dari setipe.com

Semua manusia tentu pernah mengalami rasa takut. Alasannya bisa 1001 macam. Seorang pemuda atau pemudi takut tidak mendapatkan jodoh yang cocok untuknya.  Ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.

Karena itu pada prinsipnya rasa takut adalah wajar dan sangat manusiawi. Jika berada di tempat ketinggian, wajar jika manusia merasa takut akan terjatuh. Jika memegang benda tajam, wajar jika seseorang takut akan terluka. Seorang pedagang takut jika suatu saat usahanya merugi, karena itu ia menjalankan usahanya dengan serius dan hati-hati.  Seorang pejabat takut jika amanah yang diberikan kepadanya tidak bisa ia jalankan dengan baik dan tidak bisa pertanggung jawabkan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Karena itu ia bekerja dengan serius dan ekstra hati-hati.

Rasa takut bisa berimplikasi positif, namun bisa juga diterjemahkan secara negatif. Rasa takut membuat seseorang bersikap hati-hati, melakukan sesuatu dengan serius dan bersunguh-sungguh agar ia bisa terhindar dari resiko atau ancaman yang ia takutkan.  Namun ada orang menanggapi rasa takut secara negatif dan berlebihan. Sehingga rasa takut menjadi hantu dalam dirinya dan membuat ia terdorong untuk melakukan kesalahan.

Seorang ibu yang takut secara berlebihan terhadap kesalamatan anaknya melakukan perlindungan secara berlebihan (over protection) terhadap anaknya. Seorang pejabat yang takut akan kehilangan jabatannya berusaha mempertahankan jabatannya dengan jilat sana-jilat sini, atau memfitnah dan menekan orang lain agar jabatan tersebut terus bisa ia kuasai. Seorang pedagang berlaku curang agar ia terhindar dari resiko rugi.

Lebih parah lagi, ada yang meminta bantuan dukun agar jabatannya tetap langgeng. Seorang pedagang meminta jimat penglaris agar dagangannya tetap laku dan ia terhindar dari resiko kerugian. Ada juga yang meminta bantuan pawang hujan, karena takut saat ia melakukan hajatan turun hujan lebat dan hajatan yang dilaksanakan tidak sukses. Saya sendiri dulu  juga pernah ditawarkan bantuan oleh “orang pintar”, agar bisa memenangkan Pilkada.

Tentu saja tindakan itu tidak benar dan bisa digolongkan sebagai perbuatan syirik.  Jika ingin meminta tolong kenapa tidak meminta tolong langsung kepada Allah? Mengapa harus meminta bantuan orang lain, jimat atau jin, bahkan setan yang berarti mempersekutukan Tuhan. Bukanlah Allah lebih berkuasa dari makhluk apapun? Kenapa kita tidak percaya akan kebesaran dan kekuasaanNya? Kenapa kita tidak minta tolong dan mengadu hanya kepadaNya?

1.Bekerja keras, bersungguh-sungguh dan bertindak sesuai dengan aturan

Kerja keras sangat banyak memiliki keutamaan dalam syariat agama Islam Bekerja keras sangat penting untuk dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah.

Anjuran bekerja keras untuk mengubah nasib diri manusia dapat ditemukan dalam ayat Al-Qur’an

لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’d : 11)

Memiliki semangat/etos kerja tinggi sangat diutamakan dalam ajaran Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis yang artinya, ”Tidaklah seorang di antara kalian makan suatu makanan lebih baik daripada memakan dari hasil keringatnya sendiri.” (H.R. Baihaqi). Oleh sebab itu, Islam mendorong setiap manusia selalu bekerja keras serta bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga dan kemampuannya dalam bekerja. Begitu besar penghargaan Islam pada kesungguhan dalam bekerja, hingga Allah Swt. menempatkannya dalam kategori ibadah. Dengan demikian, tidak hanya keuntungan materiil yang didapat, tetapi juga pahala dari sisi Allah Swt. Bahkan, dalam beberapa hadis dikatakan, bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh dapat menghapuskan dosa yang tidak bisa dihapus oleh aktivitas ibadah mahzah. Simaklah hadis berikut. ”Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang harinya, maka pada malam itu dia diampuni.” (H.R. Ahmad)

2.Tawakkal

Tawakal adalah bersandarnya hati terhadap sang pencipta semata. Dalam arti lain tawakal adalah bersandarnya hati dengan sebenar-benarya terhadap Allah SWT dalam upaya memperoleh kemaslahatan ataupun dalam menolak kemudharatan. Dalam firman-Nya seringkali tawakal disandingkan dengan orang-orang yang beriman. Hal ini menandakan bahwa tawakal merupakan perkara yang sangat agung, yang tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang mukmin. Bagian dari ibadah hati yang akan membawa pelakunya ke jalan-jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Tawakal dibangun di atas dua hal pokok yaitu bersandarnya hati kepada Allah dan mengupayakan sebab yang dihalalkan.

3.Syukur

Arti syukur dalam harfiah bahasa adalah merupakan pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut (Al Jauhari). Sedangkan pengertian bersyukur dalam agama adalah bahwasannya rasa syukur itu adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya.

Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah”(Madarijus Salikin, 2/244).

Ada beberapa tanda-tanda orang yang bersyukur antara lain :

  1. Mengakui, memahami, serta menyadari bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat. Pengertiannya di sini adalah bahwa segala nikmat pada dasarnya Allah yang memberikan kepada kita. Manusia adalah juga merupakan perantara dari Pemberi Nikmat yang sesungguhnya yaitu Allah. Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Ta’ala, bukan kepada makhluk atau pun lainnya.
  2. Orang bersyukur akan menunjukkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah. Jadi tanda mensyukuri nikmat Allah adalah menggunakan nikmat tersebut dengan beribadah dan taat menjalankan ajaran agama. Keanehan bila orang mengakui nikmat Allah, tetapi tidak mau menjalankan ajaran agama seperti halnya sholat, enggan belajar agama dan sejenisnya.

Jika tiga prinsip di atas diamalkan, insya Allah tidak akan ada lagi rasa takut dan cemas berlebihan yang selalu menghantui kita. Tak ada rasa was-was yang membuat tidur kita tidak nyenyak dan makan tidak enak.

Bukankah tidak perlu hidup yang indah ini kita rusak dengan hal-hal sepele yang tidak berguna? Takut boleh dan wajar-wajar saja. Namun ketakutan yang berlebihan, sekali lagi menjadi hantu dalam diri kita sendiri. Kalau kita sudah melakukan hal-hak yang benar, kenapa harus takut? Selain itu ada Allah tetap mengadu.

Mari kita hanya berserah diri dan hanya meminta tolong kepadaNya, semoga kita selalu menjadi orang-orang yang berada di jalan kebenaran dan diberikan petunjuk olehNya untuk selalu berada di jalan yang benar, tanpa rasa takut yang berlebihan dan selalu tenang menjalani hidup ini. Amin…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.