“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Surah 6 Al-An’am: 38)
Burung adalah salah satu makhluk yang ditundukkan oleh Allah SWT bagi manusia, guna dinikmati dan dijadikan ibrah dalam kehidupan. Telah menjadi kehendak Allah bahwa burung menjadi ayat qauliah (tersurat) dan kauniah (tersirat).
Dalam Alquran terdapat kisah burung hudhud yang kecil, tetapi mampu mengerjakan sesuatu yang melebihi bentuk fisiknya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan melimpahkan rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang berangkat di pagi hari dengan perut kosong dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ibnu Majah).
Karena itu, manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk selalu membaca ayat-ayat-Nya secara utuh, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Terhadap kisah burung hudhud ataupun eksistensi burung-burung yang hidup di alam semesta ini, terdapat pelajaran yang bisa kita teladani.
Burung mengajarkan kepada kita untuk memiliki obsesi melebihi bentuk fisik kita, misalnya, fisik boleh kecil, tetapi cita-cita dan idealisme harus lebih besar. Hal ini bukanlah mimpi dan khayalan. Yang membedakan antara kenyataan dan khayalan adalah kemauan dan kesungguhan untuk merealisasikan obsesi, cita-cita, dan idealisme itu.
Lihatlah hudhud seekor burung kecil mampu memberikan informasi yang tidak diketahui oleh Nabi Sulaiman, bahwa ada kerajaan yang penduduknya menyembah selain Allah SWT dan dipimpin oleh seorang wanita.
Burung juga mengajarkan optimisme, tidak boleh berputus asa dalam berbuat, terutama dalam hal pemenuhan hajat dan kebutuhan sehari-hari. Bagaimana burung yang sedemikian kecil dari segi fisik itu, begitu besar dalam semangat mencari dan mengais karunia Allah SWT. Keputusasaan hanya akan menjadikan seseorang malas dan berakibat fatal dalam kehidupannya.
Sesungguhnya burung hanya mempunyai insting, namun mampu mencukupi kebutuhannya, apalagi manusia yang dilengkapi dengan akal.
Ini hanyalah sebagian dari apa yang diajarkan burung kepada kita. Sekarang bagaimana kita bisa membuat diri kita menjadi manusia burung, dalam arti mempelajari dan mengambil pelajaran dari burung dan menjadikan diri mampu berbuat besar, bahkan lebih besar dari apa yang diperbuat oleh burung hudhud. Burung saja mampu, mengapa kita tidak? (raj)